Kamis, 27 September 2012

Bukti Terkuat Adanya Air di Mars



 
 NASA Jejak Aliran Air di Mars yang diambil dengan lensa kamera Mastcam milik Curiosity pada 14 September 2012 dan dirilis oleh NASA pada 27 September 2012.

LOS ANGELES,

 KOMPAS.com -

 Jejak aliran air ditemukan di Mars. Robot Curiosity mengirimkan citra batuan yang menunjukkan bahwa air pernah mengalir di planet yang diperkirakan dapat mendukung kehidupan tersebut.

Beberapa bukti yang menunjukkan aliran air pernah ada di Mars memang sudah didapatkan. Namun, bukti yang didapatkan Curiosity adalah yang terkuat, menunjukkan adanya batuan dan kerikil yang berbentuk melingkar, diduga oleh aliran air.

"Ada aliran yang cukup kuat di permukaan Mars. Kami senang dengan penemuan kini," kata John Grotzinger dari California Institute of Technology (Caltech) yang terlibat misi seperti dikutip AP, Kamis (27/9/2012).

Menurut ilmuwan, batuan dan kerikil kemungkinan besar dibawa oleh air dari jarak yang cukup jauh.

Rebecca Williams dari Planetary Science Institute di Tucson, Arizona, yang merupakan anggota tim peneliti misi Curiosity mengatakan bahwa berdasarkan ukurannya, tak ada kemungkinan batuan dibawa oleh angin.

Curiosity memang tidak menggunakan instrumen teknologi tinggi yang dimiliki untuk mengebor batuan dan menganalisis komposisi kimianya. Namun, cukup dengan melihat citra yang dikirimkan, Grotzinger yakin bahwa air berperan dalam transportasi batuan itu.

Mars saat ini memang berupa gurun kering. Namun, studi geologis sebelumnya mengungkap bahwa dahulu Mars lebih basah dan hangat, memungkinkan adanya air dalam bentuk cair.

Bill Dietrich dari University of California, Berkeley, mengungkapkan bahwa belum diketahui berapa lama air ada di Mars. Namun, diperkirakan air cair bisa berada di planet merah selama ribuan hingga jutaan tahun.

Penemuan jejak aliran air di Mars ini adalah awal yang baik bagi Curiosity. Wahana ini sendiri salah satunya bertugas menyelidiki kemungkinan Mars mendukung kehidupan mikroba.

Untuk mendukung kehidupan, setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yakni adanya air dalam bentuk cair, energi seperti dari Matahari dan adanya molekul organik.

Meski wilayah jejak aliran alir tersebut ditemukan mungkin dapat mendukung kehidupan, ilmuwan tak yakin bahwa tempat tersebut bisa mengawetkan molekul organiik. Karenanya, ilmuwan tetap akan terus mengarahkan Curisoity ke Gunung Sharp, tempat yang diduga lebih potensial untuk penemuan molekul organik.

Curisoity mendarat di Mars 5 Agustus 2012 lalu di Kawah Gale, Mars. Sejak mendarat, Curiosity telah mengirimkan beberapa gambar menarik, termasuk gambar dirinya sesaat setelah mendarat dan jejak perjalanannya di Mars. Tujuan utama Curisoity adalah Gunung Sharp, gunung yang menjulang dari Kawah Gale. Curiosity adalah misi 2 tahun berbiaya 2,5 juta dollar.

Selasa, 04 September 2012

Rokok Elektronik Juga Merusak Paru



KOMPAS.com — Rokok elektronik kini banyak dipasarkan dan dianggap sebagai alternatif yang lebih aman bagi para perokok dibandingkan rokok konvensional. Namun, riset teranyar menunjukkan bahwa rokok tersebut juga berbahaya bagi paru.

Rokok elektronik adalah alat berbahan baterai yang akan mengubah nikotin cair menjadi uap untuk dihirup. Banyak produk rokok elektronik yang dibuat semirip mungkin dengan rokok asli, bahkan beberapa memiliki cahaya yang berkilau saat dihirup.

Bagi para perokok, rokok elektronik dianggap cukup memuaskan kecanduan mereka pada nikotin. Rokok tersebut bahkan bisa dihirup di area larangan merokok dan dianggap lebih aman bagi kesehatan.

Di kalangan praktisi kesehatan sendiri masih ada perdebatan mengenai keamanan dan efisiensi produk tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan tim dari Universitas Athena, Yunani, para peneliti menyelidiki efek jangka pendek penggunaan rokok elektronik pada berbagai orang, termasuk orang yang tidak mempunyai gangguan penyakit dan perokok yang tidak atau sudah punya gangguan paru.

Para responden penelitian ini adalah 8 orang yang belum pernah merokok dan 24 perokok, 11 orang dengan fungsi paru normal, dan 13 orang yang menderita asma atau penyakit pernapasan obstruktif kronik (COPD).

Setiap responden diminta mengisap rokok elektronik selama 10 menit. Kemudian peneliti mengukur hambatan saluran napas, termasuk menggunakan alat spirometri.

Hasil penelitian menunjukkan, semua responden mengalami hambatan pernapasan sesaat setelah rokok elektronik diisap selama 10 menit.

Pada subyek yang sehat atau tidak pernah merokok, ada peningkatan hambatan pernapasan secara signifikan dari rata-rata 182 persen menjadi 206 persen. Sementara pada perokok peningkatannya cukup beragam.

"Saat ini kita belum mengetahui apakah produk pengantar nikotin seperti rokok elektronik lebih aman dibanding rokok normal, tetapi tim marketing sudah mengklaim produk tersebut aman," kata Profesor Christina Gratziou, salah satu anggota Tobaco Control Committee.

Ia menambahkan, sebaiknya perokok yang ingin mengakhiri kebiasaannya kembali pada aturan yang sudah dibuktikan berdasarkan uji klinis.