Jumat, 03 Juni 2011

Simpan Lagu Korsel, Warga Korut Diadili



PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara menggelar mengadili seorang lelaki yang dituduh menyimpan lagu-lagu Korea Selatan. Para pengamat menyebutnya sebagai penindakan keras terhadap pengaruh budaya asing.

"Seorang pria sedang menjalani sidang karena menyimpan sebuah film dan 75 lagu produksi Korea Selatan. Sementara seorang lainnya diajukan ke meja hijau karena menyokong praktik prostitusi."

Sebuah video yang disiarkan stasiun televisi MBC pekan ini menunjukkan sidang itu digelar di Kota Sinuiji pada 28 April lalu. dalam rekaman yang bisa dilihat melalui YouTube itu tampak seorang pria sedang menjalani sidang karena menyimpan sebuah film dan 75 lagu produksi Korea Selatan. Sementara seorang lainnya diajukan ke meja hijau karena menyokong praktik prostitusi.
Sidang itu digelar secara terbuka sehingga bisa menjadi tontonan umum. Namun mereka kemudian melanjutkan aktivitas masing-masing sementara kedua terdakwa berdiri di atas panggung. Tidak jelas apa yang terjadi kemudian.
Menurut Daily NK, sebuah media online yang dikelola kelompok oposisi Korut di Seoul, pengadilan umum itu  menunjukkan bahwa Korea Utara kini menindak keras pengaruh dari luar dan menanamkan rasa takut pada rakyatnya.
Media itu menyebutkan, terdapat sembilan tersangka yang menjalani sidang pelanggaran 'budaya sosialis'. Pelanggaran itu termasuk prostitusi. Daily NK mengutip para pembelot yang mengatakan bahwa para tersangka kemungkinan dijatuhi hukuman penjara lebih dari lima tahun.
Jeong Jai-Sung, seorang analis di Daily NK, pengadilan yang terbuka untuk umum sangat jarang digelar di Korea Utara. Hal ini bisa dipandang sebagai pesan untuk ketidakpatuhan.
"Penindakan keras berlangsung sejak Desember lalu namun tidak ada hasilnya. Mereka (pemerintah Korea Utara) kemungkinan menggelar pengadilan umum itu untuk menciptakan suasana itu," ucap Jeong.
Selama puluhan tahun Korea Utara berusaha membentengi rakyatnya dari budaya dan berita dari luar negeri. Namun makin gencarnya penyelundupan DVD dan cakram musik dari China membuat budaya pop Korea Selatan kian populer.
"Pengadilan umum biasanya diadakan kurang dari setahun sekali di tiap kota. Digelarnya pengadilan umum di Sinuiji berarti mereka berusaha membentengi 'angin' dari Korea Selatan dengan cara mengancam rakyat," Daily NK mengutip seorang pembelot Korut yang tidak ingin identitasnya disebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar